Salju Musim Semi Season 1

Standard
Upload by : Vian Dwi | My Life For You | Author : Haruno Tsubaki  | Cerita/Novel
Rated : T | Genre : Drama ,Horror ,Agak Romance | Pairing : [Hinata H., Kiba I.] [Sasuke U., Temari]Fanfiction
                                                                                                                                                                





Salju Musim Semi
Minna-san, apa kabar? Rasanya senang sekali bisa muncul lagi di sini, hahahaha sudah lama sekali rasanya. Oh iya, in fic ke-2 ku. Aku terinspirasi dari tokoh Kuronuma Sawako, aku sangat suka ceritanya. Penuh perjuangan, air mata dan juga persahabatan.
Mungkin ini tidak akan sebagus Kimi Ni Todoke, karena aku masih amatir dan perlu banyak belajar.
Oke lah, dari pada aku banyak bicara gak jelas, lebih baik kita mulai saja ceritanya. Ini dia…. jeng…. Jeng…. Jeng….. selamat membaca… '^_^'
Chapter 1
Salju Pertama
Udara begitu dingin di malam ini, angin yang bertiup semakin membuat gadis bermata lavender ini merapatkan tangannya. Langkah demi langkah dia pijakkan di jalan taman yang biasa dia lewati saat pulang.
Sendirian, itulah keadaanya saat ini. Rasa sepi menyelimuti hatinya semenjak dia kehilangan seseorang yang sangat berarti.
Salju pertama musim dinginpun mulai turun, gadis berambut pangjang ini menghentikan langkahnya. Dia tertegun, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa sesak dalam dadapun mulai dia rasakan.
'Kenapa, kenapa kau harus tercipta? Kenapa? gara-gara kau, dia pergi untuk selamanya. Selama ini tak ada yang mampu memahami rasa sepi yang aku derita.' Gumam Hinata, air matanya kini telah membasahi pipi. Tangannyapun mengusapnya meskipun ari mata itu kembali menetes dari matanya.
Gadis inipun kembali melanjutkan langkahnya. Dalam pikirannya sekarang ini hanyalah seseorang bermata biru yang telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Flashback
Hamparan salju putih kini telah terbentang di Taman Kota Konoha, banyak sekali anak yang bermain-main dengan salju disana. Gadis kecil bermata lavender ini sedang asik sendiri duduk di sebuah ayunan. Matanya hanya memperhatikan salju yang berada di bawah sepatu merahnya. Sesekali dia memandangi anak-anak lain yang sedang bermain lempar bola salju .
'Sepertinya asik ya jika aku bermain dengan mereka, tapi….' Gumam Hinata kecil. Dia sangat ingin bergabung dengan mereka, tapi itu adalah hal yang sangat sulit untuk dia lakukan. Teman-temannya selalu memandang dia aneh, itu karena dia dianugerahi penglihatan yang tidak biasa. Dia mampu melihat hantu-hantu yang berkeliaran di sekitarnya, tapi hanya hantu saja. Dia tak mampu melihat roh, malaikat dan yang lainnya.
"Main ayunan sendiri, anak kecil?" terdengar suara pria dewasa menyedihkan dari sampingnya, gadis kecil itupun menengok.
"I-iya…" Jawab Hinata, ternyata yang menyapanya barusan adalah hantu yang berpenampilang menyedihkan. Bajunya berwarna putih, tapi mukanya pucat dan ada darah segar yang mengalir dari kepalanya.
"Aku temani, anak kecil…. Aku akan selalu menemanimu….. kemanapuuuuuunn…. UUuuuuuuu…." Hantu itu berusaha menakuti Hinata.
"Apa maksud paman? Paman, kenapa kepalamu berdarah?" Tanya Hinata dengan polos.
"Aku ini hantu…."
"Hantu? Bukannya hantu itu menyeramkan?"
"A-apa?" Hantu itu kaget mendengar pertanyaan Hinata. "Memangnya aku tidak menyeramkan untukmu?"
"Tidak."
Hantu itupun berwajah murung sekarang, dia hanya bisa berjongkok dan menggambar lingkaran di atas salju.
"Aku hantu yang paya… aku hantu amatir…. Aku hantu tidak berguna…" gerutunya. "Hei bocah, kau benar-benar tidak takut padaku?"
"Tidak, karena aku sudah beberapa kali melihat di TV orang yang berperan sebagai hantu suka melumuri kepalanya dengan saus tomat. Apa paman juga pemain film?"
Kata-kata Hinata semakin membuat hantu amatir itu merasa tak berguna.
BUKK!
Sebuah boa salju terlempat tepat ke kepala Hinata, dia hanya bisa berekspresi kaget dengan apa yang baru saja terjadi.
"Hey, maaf ya. Apa kau tidak apa-apa?" Seorang anak laki-laki bermata biru melambaikan tangannya dari jauh.
"Aku tidak apa-apa." Jawab Hinata sambil membersihkan kepalanya dari salju.
"Benarkah?" Tanya Naruto, anak itupun mulai melangkahkan kakinya menuju Hinata. Tapi seorang temannya menarik tangannya dan mencegahnya untuk pergi.
"Hei, kau mau kemana?" Tanya bocah tambun.
"Aku mau kesana." Jawab Naruto sambil menunjuk ke arah gadis kecil itu.
"Jangan, sebaiknya kau jangan kesana." Kata Chouji.
"Kenapa?"
"Karena menurut informasi yang aku dapatkan gadis itu adalah gadis aneh, dia suka bicara sendiri. Aku takut jika kau bermain dengannya, kau akan menjadi aneh juga." Kata Shikamaru.
"Hahahaha…. Kau ini bicara apa. Justru kau yang aneh." Tanpa berkata apa-apa lagi, bocah berambut pirang ini langsung melangkah meninggalkan teman-temannya.
"Hei… jangan ke sana." kata Chouji, tapi sayang dia tak mau mendengarkannya.
"Hai, namaku Uzumaki Naruto, siapa namamu? Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya." Tanya Naruto.
"A-aku Hinata. Bukannya kita ini satu kelas?" Hinata pun bertanya balik.
"Em, benarkah? Hahahaha tapi kenapa aku tidak melihatmu ya?"
"Apa benar?" Hinatapun tersenyum dengan sangat terpaksa. 'Karena aku duduk paling belakang, tega sekali kau berkata seperti itu.' gumam Hinata.
"Hehehe… kenapa kau sendrian?"
"Aku tidak sendirian, aku ditemani paman ini." Hinata menunjuk ke arah hantu itu. Tanda tanya kini memenuhi kepala si bocah pirang, dia tak mengerti. Tapi kemudian Narutopun teringat perkataan Shikamaru barusan, Naruto kini hanya bisa tersenyum.
'Apa benar dia aneh? Tapi dia terlalu manis untuk dibilang aneh, pasti dia hanya mempunyai imajinasi yang atif.' Gumam Naruto.
"Mau bermain salju denganku?" Tanya Naruto
Mata gadis kecil itupun langsung membulat, baru kali ini ada orang yang mau mengajaknya bermain. Tanpa pikir panjang lagi, mereka berduapun segera beranjak dari tempat tadi. Mereka berpindah tempat ke tempat yang lebih ramai dan merekapun membuat boneka salju.
Sejak saat itulah dia merasa senang, biar hanya Naruto yang menjadi teman bermainnya saat ini, tapi dia cukup merasa senang. Hingga suatu ketika, tragedipun terjadi.
Saat itu Naruto sedang bermain perang bola salju dengan teman-temannya di Taman Kota Konoha. Tapi kali ini perang terlihat sedikit berbeda, anggota pasukan perang bertambah banyak dan perang saljupun terlihat cukup keras dari pada sekedar permainan biasa. Tapi apalah daya Hinata untuk membantu Naruto, meski dia mencoba untuk ikut Naruto melarangnya. Katanya ini sedikit berbeda dan dia tak ingin Hinata terluka. Hinata benar-benar tak mengerti, tapi ada sesuatu yang berbeda di hari itu dengan Naruto, namun sayangnyai dia tak tahu itu apa. Dengan memegang rasa yang aneh ini, Hinatapun duduk di ayunan tempat dia bermain sendirian.
Perangpun dimulai, tapi tak ada benteng yang menjadi pertahanan antara dua kubu ini. Semua boleh melempar dan bahkan mengejar lawan tanpa batas hingga dia bilang "Aku menyerah."
Rasa khawatir, rasa takut dan sangat tidak tenang, tapi tak bisa berbuat apa-apa.
'Kenapa ini, aku sangat tidak tenang, aku tersah, aku takut dan aku khawatir dengan Naruto . Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya akan terjadi?' gumam gadis bermata lavender ini.
Hingga akhirnya…..
TIIIIIIIDDD! TTTIIIIIIIIIIDDDD!
Suara klakson mobil sangat kencang dan samar-samar seperti ada orang yang menjerit. Semua orang berkumul ke tepi jalan raya, termasuk Hinata. Gadis itu berlari dan terus berlari, rasa resahnya kini mulai memuncak dan alangkah terkejutnya dia, matanya membulat, berkaca-kaca dan air mata menetes di pipinya.
"Tidak mungkin…. Itu bukan dia… bukan dia." Gadis itu segera menghampiri orang yang terkapar bersimbah darah itu.
"Naruto… Naruto…. Bangunlah Naruto… bangung..!" Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh yang tak bernyawa lagi.
"Tidak mingkin…. Ini tidak mungkin….. Naruto… Narutoooo NARUTOOOO!"
End flashback
Air matanya kembali menetes, lalu menetes lebih deras lagi. Gadis bermantel putih inipun langsung menghpusnya. Hingga akhirnya, pandangan gadis itu teralihkan dengan percakapan sepasang hantu bercula satu.
"Lihat-lihat, sekarang dia sedang dijahili putri ketua kita." Kata si hantu wanita.
"Benar, dia menjerit-jerit ketakutan seperti seorang gadis. Jika ada seorang gadis disini dia pasti akan merasa malu." Sahut si hantu pria.
"Hahahaha….. kau sangat benar."
"Enak saja, aku ini 100% benar, tahu."
"Ah itu sama saja."
Mendengar hal itu, gadis bermata lavender ini langsung saja berbelok menghampiri mereka.
"Maaf, siapa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Hinata, kedua hantu itupun kaget.
"Sayang, dia bisa melihat kita?" Tanya si hantu Pria.
"Apa mungkin?" Si hantu wanita bertanya balik.
"Aku bisa melihat kalian." Kata Hinata dengan tegas.
"APA!" Keduanya terkejut.
"Bisa kalian jelaskan apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Hinata Lagi.
"A-anu, disana ada seoarang pemuda yang sedang dijahili putri ketua kami." Kata si hantu pria.
"Apa, kenapa bisa?"
"Habis dia buang air kecil sembarangan di bawah pohon tempat tinggal putri ketua kami, tentu saja dia marah."
Hinata hanya bisa diam, memang hal yang satu ini tidak bisa dengan mudah dibasmi. Apa lagi jika sudah tidak tahan untuk buang air keci, maka inilah akibatnya. Tanpa basa-basi dengan mereka lagi, dia langsung saja melangkah mendekati si pemuda malang yang sedang ketakutan.
'Jika dilihat dari tempatnya, antas saja banyak hantunya. Banyak sekali pohon besar dan rumah tua juga disini. Dasar orang ceroboh, apa dia tidak diajari untuk buang air kecil di toilet. Memalukan uman manusia saja!' Gumam Hinata.
Kini gadis ini telah berdiri tepat di belakang pemuda yang sedang ketakutan itu. Badan pemuda itu bergetar hebat, keringat dingin sudah membasahi bajunya. Ditambah lagi pemuda itu menyadari ada seseorang yang datang dari arah belakannya, hanya saja dia tak berani untuk melihatnya.
Hinatapun menepuk bahu pemuda itu.
"KYAAAA! HANTU… AMPUNI AKU HANTU….." Jerit pemuda malang itu yang kini tengah berlutut sambil menyatukan kedua telapak tangannya seraya memohon ampun.
"Bangun!" Kata Hinata, tapi pemuda itu diam saja malah dia merasa sangat merinding. "Berbalik!"
"Tidaaaakkkk aku tidak mau!"
Dengan sangat terpaksa, Hinata yang harus berjalan kejadapannya. Dengan mantel putih yang dia pakai dan jalan yang gontai serta langkah kaki yang tidak terdengar, gadis itu seperti hantu yang berjalan melewati si pemuda malang itu.
"WAHAHAHAHAAAAAAAAANNTTUUUUUUU!"
"DIAAAAM!"
"Ampun hantu…. Ampun….!" Dia pun bersujud-sujud di depan Hinata.
"Aku bukan hantu! Apa yang kau lakukan disini?"
"Bukan?" Pemuda itupun bangkit dan menatap kaki hinata.
'Ternyata kakinya menyentuh tanah, berarti dia bukan hantu.' Gumamnya. Melihat hal itu, dia seperti merasakan ada tenaga cadangan dalam dirinya. Dia yang telah lelah langsung bediri dan merangkul Hinata.
"Syukurlah kau ada disini. Dari tadi aku mencari jalan keluar, tapi aku tak berhasil menemukannya. Tolong keluarkan aku dari sini…!"
'Rasanya aku mengenal suara ini, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Mungkin nanti, jika aku telah membawanya keluar dari sini aku bisa lihat wajahnya.' Gumam Hinata
"Lepaskan!" Hinata sedikit mendorongnya hingga rangkulannya terlepas.
"Apa yang telah kau lakukan tadi?" tanya Hinata.
"A-anu… anu…."
"Anu-anu apa?"
"Bagaimana ya? Em…"
"Kau mau keluar dari sini atau tidak?!"
"Baik-baik… tadi aku buang air kecil dibawah pohon. Tapi setelah selesai, aku jadi merasa tersesat. Aku tidak bisa keluar dari rimbunan pohon-pohon ini, padahal rasanya aku hanya berjalan beberapa meter saja dari trotoar."
"Lalu kenapa kau melakukan hal itu?"
"Karena aku sudah tidak tahan lagi, disini kan tidak ada toilet."
"Baiklah kalau begitu, kau haus minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Minta maaf pada siapa?" Pemuda itupun menggaruk-garuk kepalanya.
"Tentu saja pada orang yang tinggal di pohon itu."
"Me-memangnya ada rumah di atas pohon ini?"
"Dasar bodoh! Pohon yang kau kencingi itu ada penunggunya, dia marah padamu. Makannya sekarang kau tidak bisa keluar. Cepat minta maaf!"
"APA?!" Pemuda itupun menelan ludahnyan
"Cepat!"
"Tapi-tapi.."
"Cepat minta maaf, atau aku akan meninggalkanmu sendirian hingga besok pagi!"
"Iya… iya baiklah aku akan minta maaf." Lalu pemuda malang ini menarik nafasnya dalam-dalam. "A-anu, kepada penunggu pohon aku…. Aku ingin meminta maaf, aku berjanji tidak akan buang air kecil sembarangan lagi. Aku berjanji… aku berjanji."
Seketika bau kembang tercium olehnya, bulu kuduknya berdiri. Dia sangat merinding dibuatnya. Tapi Hinata terlihat sangat tenang.
"Bulu kudukku berdiri…" Kata pemuda itu.
"Tenanglah." Kata gadis bermantel putih itu. "Aku mohon lepaskan dia, dia sudah minta maaf padamu dan juga sudah berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Dia ini sebenarnya pemuda baik, dia adalah temanku. Aku harap kau mau mengerti dan mau melepaskannya. Aku janji dia tidak akan bertingkah seperti itu lagi."
Setelah gadis itu berbicara, rasa merinding yang dialami pria itu kini mulai mereda. Bau kembang yang menyengatpun telah hilang dan suasana hatinyapun mulai tenang kembali.
"Ayo kita keluar dari sini." Ajak Hinata, merekapun beranjak dari sana.
"Terimakasih, terimakasih banyak. Jika bukan karena kau, pasti aku tidak bisa keluar sampai esok pagi." Kata pemuda malang itu.
"Hm…" Jawab Hinata dengan singkat.
"Maaf, rasanya aku mengenal suaramu."
"Siapa kau?" Tanya Hinata denga ketus.
"Seharusnya aku yang bertanya."
Merekapun terus berjalan keluar dari rimbunan pohon itu, cahaya lampu malam perlahatn-lahan menerangi wajah mereka masing-masing. Terlihat jelas sekarang, wajah penasaran mereka di bawah sinar lampu jalanan dan alangkah terkejutnya mereka.
"KAU?!" kata mereka berdua
-TBC-
Selesai sudah untuk chapter 1, bagaimana ceritanya? Apakah seru, atau masih ada yang masih kurang?
Terimakasih ya kepada yang sudah membaca maha karya yang amat sangat sederhana ini,, hahahaha lebay.
Ok semuanya, jangan lupa dikomentari ya….. soalnya aku sangat berharap bisa belajar banyak disini.
Sampai jumpa di chapter berikutnya, bye-bye….

  • Categories